Komunitas dan Keluarga adalah Payung saya dalam melawan badai

Komunitas dan Keluarga adalah Payung saya dalam melawan badai

Cerita bermula pada tahun 2015, ketika saya mulai menyadari akan adanya benjolan di perut saya. Dan setelah diperiksakan kepada dokter internis dan melakukan CT Scan, dokter menyarankan saya untuk segera melakukan operasi karena diprediksi bahwa benjolan tersebut adalah sejenis tumor yang berbahaya.

Pada bulan Agustus 2015, saya menjalankan operasi besar untuk memotong usus saya sepanjang 20 cm. Hasil patologi anatomi yang dilakukan setelah operasi mengatakan bahwa saya terkena kanker usus besar. Di antara rasa kaget, terpukul dan kesedihan yang mendalam, saya hanya bisa menuruti perintah dokter untuk menyiapkan fisik dan mental saya untuk menjalani kemoterapi.

Masih teringat jelas ketika saya meminta Ibu untuk tidak menangis ketika mengetahui saya terkena kanker. Ini karena jika beliau bersedih, itu akan membuat saya merasa sedih dan kehilangan semangat. Beliau saat itu bertanya-tanya mengapa saya bisa terkena kanker padahal saya sudah menjalani pola hidup yang sehat?  Saya  tidak merokok, tidak minum minuman keras, melakukan olahraga dan juga menjaga pola makan. Tetapi saya yakin bahwa memang ada banyak faktor yang membuat saya terkena kanker.

Di samping meminta dukungan dari keluarga, saya berpikir bahwa saya harus menemukan komunitas yang bisa membantu saya berjuang memerangi kanker yang saya alami ini. Saya pun menemukan komunitas Cancer Information & Support Center (CISC). Di dalam komunitas ini, saya bertemu dengan teman-teman seperjuangan, saya mendapatkan dukungan dan support selama menjalankan kemoterapi serta mendapatkan informasi tentang kanker yang pada saat itu sangat saya butuhkan.

Sesaat saya kuat karena banyaknya dukungan dari sekeliling saya. Akan tetapi, ternyata cerita saya tidak hanya sampai di situ. Tepat delapan bulan setelah operasi, saya memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk memeriksakan keputihan tak wajar yang saya alami. Diagnosa awal dokter adalah indikasi jamur, namun saya merasa ada yang tidak beres karena obat jamur yang diberikan dokter tidak kunjung menyembuhkan, bahkan keputihan yang saya alami semakin parah hingga memaksa saya untuk memakai pembalut setiap hari dan buang air kecil setiap 2 jam sekali. Saya sampai menemui tiga dokter kandungan berbeda untuk mendapatkan opini berbeda. Untuk pemeriksaan yang lebih pasti, maka dokter menyarankan saya untuk melakukan pap smear, dan hasilnya adalah saya positif mengidap kanker serviks.

Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong dan membuat saya memberikan berjuta tanya di dalam hati, mengapa hal ini terjadi kepada saya? Rasanya baru kemarin saya terdiagnosa dengan kanker usus besar, dan kemudian saya harus kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa saya mengidap kanker serviks. Saat itu sulit rasanya untuk percaya, karena saya rutin melakukan pap smear setiap tahunnya sejak usia 40 dan hasilnya selalu negatif.

Mengetahui bahwa kanker serviks yang dialami masih pada stadium awal, pada bulan Juli 2016 saya kembali melakukan operasi dan pengangkatan rahim dengan melakukan operasi histerektomi radikal. Hasil dari patologi anatomi yang dilakukan setelah operasi menyatakan bahwa saya menderita kanker serviks stadium 1B. Dari hasil tes itu pula saya mengetahui bahwa dua kanker yang saya idap yaitu kanker usus dan kanker serviks, bukan terjadi karena terpicu oleh penyebaran, melainkan kanker yang berdiri masing-masing.

Satu hal yang saya lakukan saat itu adalah memasrahkan diri saya kepada Tuhan dan ikhlas menjalani pengobatan yang disarankan dokter. Saya percaya, bahwa ini adalah suratan takdir yang harus saya alami. Dorongan semangat dari keluarga dan para rekan di komunitas CISC membuat saya yakin dan mampu untuk melawan semua sel-sel kanker yang berada di dalam tubuh saya, terlebih karena proses penyembuhan yang membutuhkan waktu yang sangat panjang dan menyakitkan. Jika tidak karena support yang diberikan oleh mereka, saya tidak akan pernah tahu betul apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi penyakit ini.

Banyak hikmah yang akhirnya saya petik dari pengalaman ini. Banyak hal-hal yang baru saya ketahui setelah mengalami, dan saya tanpa henti menyebarkan cerita ini kepada kerabat dan sahabat terdekat agar mereka tidak perlu mengalami apa yang saya alami. Salah satunya adalah saya tanpa henti menganjurkan kepada setiap orang yang saya temui agar segera melakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi HPV, juga rutin melakukan pap smear ataupun tes IVA.

Dari apa yang saya alami pun saya baru mengetahui bahwa kanker serviks bisa menyerang siapa saja, dalam keadaan apa saja. Jauh sebelum saya mengalaminya, saya mengetahui bahwa umumnya masyarakat menganggap kanker serviks itu adalah penyakit kotor yang diidap oleh perempuan yang suka bergonta ganti pasangan dan melakukan hubungan seks secara bebas. Sehingga banyak orang berpikir tidaklah mungkin dirinya bisa terkena penyakit kanker serviks.

Padahal, berkaca dari cerita saya, seorang ibu rumah tangga yang jauh dari kebiasaan seks yang demikian, dan saya juga menjaga pola hidup yang lebih sehat, menjauhi rokok dan minuman keras; dan tetap tidak serta merta terlindung dari kanker serviks.

Dan bagi teman-teman saya yang masih berjuang melawan kanker serviks, saya menyarankan untuk mengikuti apa yang dokter katakan dan persiapkan kondisi tubuh dan mental untuk melalui terapi-terapi yang diberikan. Penyembuhan kanker membutuhkan waktu yang lama dan proses yang menyakitkan, tapi kita bisa melalui ini semua hanya dengan modal semangat, keikhlasan dan kesabaran dari diri sendiri serta dukungan dari keluarga dan sahabat. Rasa ikhlas, sabar dan kegembiraan adalah kunci dari para pejuang untuk melawan penyakit kanker ini.

Percayalah bahwa sebagaimana kita berjuang, hujan dan badai tetap akan datang tetapi kuatnya pijakan kaki kita dan payung yang melindungi akan membuat kita kuat bertahan melewati badai tersebut. Dan selalu ingat bahwa sesudah hujan dan badai, akan selalu ada pelangi yang menunggu kita di ujung jalan.

bu Elly Mawati adalah salah satu anggota dari CISC (Cancer Information & Support Center) yang masih berperan aktif dalam menyebarkan awareness tentang virus HPV dan kanker serviks.


Apakah setelah membaca artikel ini Anda berniat untuk melakukan pencegahan Infeksi HPV?


Dapatkan Notifikasi Artikel Terbaru!

Masukkan email kamu untuk mendapatkan pemberitahuan ketika ada artikel terbaru!