Mitos dan Fakta seputar HPV dan Kanker Serviks

Mitos dan Fakta seputar HPV dan Kanker Serviks

Mari kita pelajari fakta mengenai kanker serviks untuk menepis mitos yang cenderung menyesatkan.

1. Mitos : HPV adalah virus yang langka dan tidak mudah untuk ditemui di tempat umum.

Fakta : HPV adalah virus yang sangat umum. 8 dari 10 pria dan wanita akan terinfeksi oleh HPV setidaknya sekali dalam seumur hidupnya. HPV mudah ditemui dan mudah juga untuk ditularkan. HPV dapat ditularkan melalui berbagai jenis kontak kulit dan kelamin, bahkan dapat ditularkan tanpa melalui hubungan seksual1. Menurut fact sheet yang dikeluarkan oleh CDC, sekitar 79 juta orang di Amerika saat ini terinfeksi oleh HPV, dengan sekitar 14 juta kasus baru yang dilaporkan setiap tahunnya. HPV sangat umum, kebanyakan wanita dan pria yang aktif secara seksual akan terinfeksi oleh setidaknya satu tipe HPV pada masa hidupnya.2 

2. Mitos : Kanker serviks hanya terjadi di negara berkembang.

Fakta : Kanker serviks adalah penyakit yang bisa menyerang perempuan di semua negara, maju atau sedang berkembang. Namun demikian, kanker serviks memang lebih banyak terjadi di negara-negara yang program skriningnya (penapisan) tidak memadai, serta kesadaran untuk melakukan vaksinasi HPV yang  masih rendah.3,4 Di Amerika Serikat telah terjadi penurunan besar dalam diagnosis kanker serviks selama 20 tahun terakhir karena adanya Pap Smear (tes Pap) dan program vaksinasi HPV nasional.5 (Baca: Satu Vaksin HPV, Cegah Empat Jenis Kanker)

3. Mitos : Seks bebas (berganti-ganti pasangan) membuat wanita lebih berisiko terkena kanker serviks.

Fakta : Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk terkena kanker serviks. Namun, wanita yang hanya memiliki satu pasangan juga dapat terkena kanker serviks. Tidak ada data yang dapat menunjukkan secara pasti mengapa seorang wanita dapat terkena kanker serviks dan yang lain mungkin tidak.3 

4. Mitos : Jika sudah terkena HPV, maka Anda sudah pasti akan menderita kanker serviks.

Fakta : Sistem imun tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi HPV, namun nyata-nya, hanya sekitar 50% orang yang terkena HPV, mampu untuk menghasilkan antibodi yang cukup untuk membersihkan virus tersebut. Infeksi HPV yang menetap dapat menyebabkan kanker serviks dan kanker-kanker lain seperti kanker anus, penis, vagina atau kelainan yang jinak disebut kutil kelamin pada pria dan wanita. Kutil kelamin tidak mematikan, namun memberikan beban kesehatan dan emosional bagi penderitanya. Ada banyak faktor yang berperan dalam perkembangan kanker serviks. Melakukan vaksinasi dan tes serviks secara teratur (Pap smear dan tes diagnostik lainnya) untuk mendeteksi perubahan serviks yang abnormal yang disebabkan oleh HPV sangat penting dalam mencegah terjadinya kanker serviks.6,7 (Baca: Berbagai Risiko Komplikasi yang Umum Terjadi Akibat Kanker Serviks)

5. Mitos : Kanker serviks tak dapat dicegah.

Fakta : Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah. Sebuah cara yang sangat efektif untuk mendeteksi dini kanker serviks adalah pengujian Pap smear secara teratur. Pap smear adalah tes skrining untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin berisiko tinggi mengalami perubahan pra-kanker atau kanker serviks.5 Pap smear bukanlah tes diagnostik, sehingga dianjurkan untuk melakukan tes ini secara teratur.

Namun, metoda pencegahan primer yang dianjurkan oleh WHO adalah pemberian vaksin HPV. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap strain HPV risiko tinggi yang diketahui menyebabkan kanker serviks pada wanita. Vaksin tersebut saat ini telah disetujui di berbagai negara, termasuk Indonesia, pada wanita usia 9-45 tahun dan laki-laki 9-26 tahun.7

6. Mitos : Kondom dapat memberikan 100 persen perlindungan terhadap HPV.

Fakta : Kondom hanya dapat memberikan perlindungan terbatas terhadap HPV, tapi bukan sebesar 100 persen. HPV dapat ditularkan melalui kontak genital dan/atau kontak antar-kulit dengan orang yang terinfeksi. Jadi penetrasi seksual bukanlah satu-satunya cara kontak dengan virus ini. Apabila kondom dipakai saat berhubungan seksual, hanya organ kelamin pria saja (penis) yang terlindungi. Sementara daerah sekitar dari alat kelamin yang dibiarkan terbuka masih bisa kontak dengan vagina selama hubungan seksual.2

Sebuah studi HPV di University of Washington menemukan bahwa kondom dapat mengurangi resiko penularan HPV hingga 70 persen. Meskipun tidak memberikan perlindungan lengkap terhadap HPV, kondom masih sangat penting untuk praktik hubungan seks yang aman guna mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual lainnya.8 (Baca: Hindari Stigma: Kanker Serviks Karena Pergaulan Bebas)

7. Mitos : Semua wanita membutuhkan Pap smear setiap tahun untuk penapisan kanker serviks

Fakta : Pedoman skrining kanker serviks yang telah diperbarui tidak menganjurkan semua wanita melakukan Pap smear setiap tahun. Frekuensi tes tergantung pada usia pada hasil tes sebelumnya, atau usia ketika seorang wanita pertama kali melakukan hubungan seksual. Papsmear yang pertama kali dianjurkan 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama kali. Jika sampai usia 30 tahun pap smear anda selalu normal, maka sesudah itu Anda hanya perlu melakukan 2-3 tahun sekali. Namun bila papsmear anda dinyatakan tidak normal, maka papsmear dilakukan sesuai anjuran dokter Anda.5

8. Mitos : Wanita di atas usia produktif tak perlu melakukan Pap smear

Fakta : Semua wanita dianjurkan untuk melakukan tes Pap smear secara berkala sampai dokter memutuskan tes itu tak perlu lagi dijalani. Hal ini biasanya terjadi ketika seorang wanita sudah berusia 65 tahun dan selama tes Pap tidak menunjukkan hasil abnormal dalam 10 tahun terakhir. Jika Anda tidak yakin kapan harus berhenti melakukan Pap smear secara teratur, bicarakan hal ini dengan dokter.5 (Baca: Ingin Menikah Muda? Lindungi Diri dengan Vaksin HPV)

9. Mitos : Wanita yang telah divaksinasi HPV bisa menghentikan Pap smear

Fakta : Pap smear secara teratur masih diperlukan meski Anda telah melakukan vaksinasi HPV. Meski vaksin ini dimaksudkan untuk mencegah infeksi HPV, namun tidak dapat menggantikan Pap smear rutin.

Referensi:

  1. Weaver BA. Epidemiology and natural history of genital human papillomavirus infection J Am Osteopath Assoc. 2006;106(3)(suppl 1):S2–S8
  2. Centre for Disease Control and Prevention. Genital HPV infection Fact Sheet . Available at : http://www.cdc.gov/std/HPV/STDFact-HPV.htm Accessed on July 25th, 2017
  3. Koutsky L. Epidemiology of genital human papillomavirus infection.Am J Med. 1997;102(5A):3–8
  4. Human papillomavirus and HPV vaccines: technical information for policy-makers and health professionals, 2007. World Health Organization website. http://whqlibdoc.who.int/hq/2007/WHO _IVB_07.05_eng.pdf Accessed March 12, 2013
  5. The American Cancer Society. Guidelines for the Prevention and Early Detection of Cervical Cancer 2016. Available at https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/prevention-and-early-detection/cervical-cancer-screening-guidelines.html Accessed on July 25th, 2017
  6. Forman D et al. Vaccine. 2012;30(Suppl 5):F12 23
  7. WHO Position Paper 2017. Available at http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/255353/1/WER9219.pdf?ua Accessed on July 25th, 2017

Apakah setelah membaca artikel ini Anda berniat untuk melakukan pencegahan Infeksi HPV?


Dapatkan Notifikasi Artikel Terbaru!

Masukkan email kamu untuk mendapatkan pemberitahuan ketika ada artikel terbaru!