Belajar dari ketidaktahuan, Demi Penyembuhan
Kanker serviks, adalah sebuah penyakit tumor ganas yang mematikan. Berdasarkan penelitian, kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang yang bisa dicegah. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui upaya pencegahan dan penanganan penyakit ini. Yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika Anda sudah mengetahui tentang penyakit ini dan masih saja mengabaikannya. Saya adalah salah satu contohnya dansaya harap bisa Anda ambil sebagai hikmah dan pelajaran.
Perjuangan saya melawan kanker serviks dimulai ketika saya berusia 46 tahun. Saat itu saya sudah merasakan adanya beberapa kejanggalan dalam diri saya. Pertama, saya seringkali mengalami pendarahan setelah berhubungan intim .Akan tetapi,aktu itu saya berpikir mungkin karena suami saya bekerja di luar kota dan kami jarang melakukan hubungan intim sehingga terjadi luka.
Ciri kedua adalah, menstruasi yang tidak teratur, saat ituaya berpikir bahwa saya sudah mau menopause. Sepengetahuan saya perempuan yang mau mendekati menopause mengalami haid yang tidak teratur, oleh karena itu saya masih tenang dan tidak berpikir terlalu berat.
Ciri terakhir yang membuat saya curiga dan akhirnya memutuskan untuk ke Rumah Sakit adalah, keputihan yang abnormal dengan ciri-ciri keputihan yang banyak tetapi tidak berbau dan terus menerus. Saya juga tidak merasakan rasa sakit sekalipun sehingga saya tidak terpikir untuk melakukan pemeriksaan ke dokter sebelumnya.
Alangkah kagetnya saya begitu mengetahui bahwa ketiga gejala tersebut adalah ciri-ciri kanker serviks.Maka saya pun memutuskan untuk segera pergi ke dokter kandungan dan melakukan tes biopsi.
Seperti yang saya takutkan, hasil tes menunjukkan bahwa saya positif mengidap kanker serviks stadium awal. Setelah didiagnosa, dokter menganjurkan saya untuk disinar. Karena kurangnya informasi yang saya miliki dan perasaan takut yang selalu menghantui, saya berasumsi bahwa orang yang kena kanker dan melakukan sinar atau kemoterapi akan mengalami kerontokan rambut, mempengaruhi berat badan, dan efek samping lainnya yang terkadang dapat menyebabkan pasien meninggal. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengabaikan anjuran dokter dan melakukan pengobatan alternatif.
Lima tahun lamanya saya menjalankan pengobatan alternatif untuk menghindari sinar dan kemoterapi. Namun, pengobatan alternatif yang saya jalani berhenti pada tahun ke-lima, tepatnya ketika saya mengalami pendarahan hebat. Pendarahan yang saya alami mengakibatkan kadar hemoglobin darah yang ada di tubuh saya turun drastis,dan akibatnya saya harus menerima 17 kantong transfusi darah selama perawatan.
Hasil dari diagnosa dokter mengatakan bahwa akibat terlambat menjalani pengobatan, kanker serviks saya telah mencapai stadium tinggi yaitu stadium 3B.
Dengan anjuran dokter ObGyn, saya akhirnya diradiasi sebanyak 25 kali (sinar luar), dan sinar dalam tiga kali. Alhamdulillah, dengan adanya radiasi pendarahan yang saya alami dapat berhenti. Kemudian kondisi saya berangsur membaik sampai dengan saat ini, dengan mengikuti saran dokter dan kontrol secara teratur.
Perjalanan melawan kanker tidaklah mudah, ketika saya merasakan kanker berada dalam tubuh saya, saya sempat berpikir bahwa hidup saya sudah tidak akan lama lagi. Hal tersebut membuat kondisi saya semakin menurun. Saya pernah ada di titik nadir dimana saya tidak memilki semangat hidup, tidak memiliki motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari, malas untuk bekerja dan nafsu makan menurun drastis. Ketika itu, hidup saya seperti dihantui rasa tidak tenang dan ketakutan. Pemikiran – pemikiran negatif seperti itulah yang membuat kondisi saya semakin menurun.
Bagi saya, dukungan dari keluarga dan anak merupakan hal terbesar yang membuat saya bisa bertahan hingga saat ini. Berkat dukungan yang tanpa henti, saya mendapatkan kekuatan secara mental untuk terus berjuang dan memberikan keyakinan pada diri sendiri bahwa saya tidak akan kalah dengan kanker serviks ini.
Saya percaya kita harus ikhlas dan berserah diri, karena semua ujian yang kita alami sudah suratan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi kepasrahan harus selalu diikuti doa kepada yang Maha Kuasa, memohon supaya kita dapat melewati ujian yang dihadapi.
Bagi para perempuan yang sedang membaca kisah ini dan juga sedang berjuang melawan kanker serviks, selalu ingat bahwa kalian tidaklah sendiri. Selalu ada keluarga dan yang terpenting adalah Tuhan (Allah SWT) yang selalu ada bersama kalian. Tetaplah semangat dan jalani apa yang sudah dianjurkan oleh pihak medis kepada Anda, jalanilah dengan rasa ikhlas dan bersyukurdan berpikir positif, hindari stress. Selain itu, hindari makanan-makanan yang mengandung empat (4) P yaitu pengawet, penyedap, perasa, pewarna. Jaga pola makan dan olahraga secara teratur.
Saya juga menghimbau kepada para pembaca, khususnya pembaca perempuan untuk jangan pernah lengah, lebih berhati-hati, untuk menjaga organ kewanitaan.
Segera lakukanlah vaksinasi HPV karena ini merupakan investasi kesehatan yang penting untuk masa depan Anda, Lakukan sedini mungkin karena efektivitas proteksi vaksin lebih tinggi pada usia remaja. Bagi yang sudah menikah, lakukanlah pengecekan pap smear secara berkala. Jika hasilnya negatif, segera lakukan vaksinasi HPV.
Apabila Anda ternyata didiagnosa terkena kanker serviks, jangan putus asa, jalani pengobatannya sesuai dengan anjuran dokter dan terima dengan ikhlas dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena selain berusaha hanya itulah yang dapat kita lakukan.
Narasumber: Ibu Retno K.
Umur: 56 tahun
Apakah setelah membaca artikel ini Anda berniat untuk melakukan pencegahan Infeksi HPV?