Gejala Kanker Serviks: Keputihan yang Berlebihan ?
Gejala Kanker Serviks
Keputihan merupakan cairan bening yang keluar dari vagina. Umumnya, keputihan merupakan suatu hal yang normal terjadi pada setiap wanita. Cairan ini justru membantu membersihkan vagina agar vagina tetap bersih dan sehat, serta menyediakan pelumas dan melindungi vagina dari infeksi dan iritasi. Namun, keputihan ini bisa jadi berbahaya jika keluar secara tidak normal. Bahkan keputihan yang berlebihan atau tidak normal bisa menjadi salah satu ciri kanker serviks. (Baca: Promo Vaksin Kanker Serviks di Rumah + Gratis Pap Smear)
Bagaimana bisa? Berikut ulasannya.
Ciri kanker serviks adalah keputihan abnormal
Keputihan lebih banyak terjadi pada saat stres, kehamilan, atau aktivitas seksual. Namun, Anda perlu waspada jika keputihan yang terjadi adalah keputihan tidak normal.
Tandanya cukup mudah, keputihan tidak normal dapat dilihat dari warna, konsistensi, volume, dan bau yang tidak seperti biasanya. Selain itu, ada gejala kanker rahim lain yang dialami, sebelum atau bersamaan atau setelah keluarnya keputihan. Keputihan tidak normal biasanya disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyebab non-infeksi biasanya berkaitan dengan adanya benda asing atau penyakit lain, seperti kanker serviks. (Baca: Berbagai Risiko Komplikasi yang Umum Terjadi Akibat Kanker Serviks)
Keputihan tidak normal bisa menjadi tanda bahwa seseorang memiliki kanker serviks. Ini bisa menjadi gejala awal kanker rahim (serviks). Keputihan ini bisa terjadi mulai dari yang berwarna putih bersih sampai berwarna agak kecokelatan, berbau busuk, berair, dan juga bercampur darah. Jika Anda merasa keputihan yang Anda rasakan mulai tidak normal, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, sehingga Anda bisa segera mendapatkan pengobatan yang tepat sebelum keputihan menjadi semakin tidak terkendali.(Baca: Masih Perawan, Bisakah Tertular Virus Kanker Serviks?)
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kanker serviks
Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang seseorang terkena kanker serviks. Berikut beberapa faktor risiko penyebab kanker serviks:
- Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau dengan tidak aman dapat meningkatkan risiko terkena infeksi
- Infeksi klamidia.
- Kurangnya konsumsi buah dan sayur atau memiliki pola makan yang kurang sehat.
- Berat badan berlebih (obesitas)
- Faktor keturunan.
- Usia. Perempuan di bawah usia 15 tahun memiliki risiko paling rendah terhadap kanker ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Bagaimana cara mengurangi risiko kanker serviks?
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari infeksi virus HPV, yaitu:
- Melakukan vaksinasi HPV. Jika Anda berusia antara 9-45 tahun, ini mungkin cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari infeksi virus HPV. Pada usia anak dan remaja, respon tubuh dalam membentuk antibodi adalah yang paling baik. Vaksin HPV dapat memperkuat kekebalan tubuh Anda dalam melawan virus HPV.
- Melakukan tes Pap smear. Anda dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel di serviks Anda dengan melakukan Pap smear. Sehingga, sel abnormal yang bisa mengarah ke kanker serviks dapat dideteksi lebih dini dan bisa dilakukan pencegahan. Bicarakan dengan dokter Anda seberapa sering Anda harus melakukan Pap smear berdasarkan usia dan kondisi medis Anda.
- Melakukan hubungan seksual yang aman. Virus HPV menyebar melalui kontak seksual. Sehingga, sangat disarankan agar Anda selalu melakukan hubungan seksual yang aman, seperti selalu menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan.
- Tidak merokok. Wanita yang merokok memiliki risiko yang lebih besar untuk mengembangkan kanker serviks.
- Menjaga kebersihan vagina agar terhindar dari berbagai infeksi. (Baca: Lakukan 4 Pola Hidup Sehat Mencegah Kanker Serviks)
Sumber:
- Human Papillomavirus (HPV) and Cervical Cancer
- Cervical Cancer: Symptoms
- Cancer Treatment Centers of America. Cervical Cancer Symptoms & Signs
Apakah setelah membaca artikel ini Anda berniat untuk melakukan pencegahan Infeksi HPV?