Blog
Pada stadium awal dan pra kanker, kanker serviks umumnya tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala baru muncul ketika kanker mulai invasif dan ‘menjajah’ jaringan sekitar. Muncullah tiga gejala ini: perdarahan abnormal, keputihan yang tidak biasa, dan nyeri saat berhubungan seksual1.
Konotasi kalau infeksi Human Pappilomavirus (HPV) berhubungan dengan aktivitas seksual bisa jadi hambatan bagi orangtua saat ingin bicara ke anak soal vaksinasi HPV. Bingung harus memulai darimana? Atau khawatir malah menimbulkan salah persepsi pada anak? 3 poin ini bisa jadi panduan.
Hampir 100% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus). HPV utamanya ditularkan melalui kontak seksual. Maka, semua perempuan yang pernah berhubungan seksual memiliki risiko, termasuk ibu rumah tangga dalam perkawinan yang saling setia, dan hanya memiliki satu pasangan seksual seumur hidup.
Sekitar 99% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV. Sesungguhnya, sebagian besar infeksi HPV bisa hilang sendiri dalam dua tahun, dieliminasi oleh sistem imun tubuh kita. Kalau dilihat, organ rahim perempuan seperti buah pir yang terbalik. Di ujung bawah “buah pir” inilah terdapat serviks atau leher rahim, yang merupakan “gerbang” yang menghubungkan antara liang vagina dengan rahim. Nah, area serviks ini yang bila terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma Virus), bisa berkembang menjadi kanker.
Dalam sebuah diskusi di Jakarta, dr. Revita dari YKI (Yayasan Kanker Indonesia) berbagi pengalaman. “Ada seorang nenek usia 75 tahun yang ingin divaksin HPV, agar terhindar dari kanker serviks,” ujar dr. Revi. Sang nenek adalah penyintas (survivor) kanker payudara. Ketika ia mendengar penjelasan bahwa kanker serviks bisa dicegah, ia pun mau segera divaksin.