Belajar dari Perjuangan Jupe Menghadapi Kanker Serviks
Swipe untuk artikel selanjutnya
"Mengenang 1 Tahun Wafatnya Jupe"
Boleh jadi, 10 Juni adalah salah satu tanggal tersedih di tahun 2017 bagi banyak orang Indonesia. Pada hari itu, Yulia Rahmawati atau lebih dikenal sebagai Julia Perez (Jupe) meninggal dunia. Begitu banyak orang yang nyekar ke makamnya, menandakan bahwa ia sangat disayang oleh keluarga, teman, wartawan hingga masyarakat umum.
Hingga akhir hayatnya, almarhumah Jupe berjuang dengan gagah berani menghadapi kanker serviks yang menggerogoti tubuhnya. Saat menghadiri peringatan World Cancer Day 2017 di Central Park Mall, Februari 2017, ia baru saja keluar dari RS. Meski duduk di kursi roda dengan lengan dipasang infus, ia tetap ceria dan bersemangat. (Baca: Nia Anggia D'Perez : Amanat Jupe Untuk Lawan Kanker Serviks)
Kepada khalayak, ia berkata: “Aku tidak patah semangat. Tetap berjuang.” Ketegarannya tidak saja menuai simpati, tapi juga menginspirasi banyak orang. Ya, dialah pejuang sejati. Tak bisa dipungkiri, kadang rasa takut menyambanginya. Namun ia bertekad untuk menjalani pengobatan kanker dengan kuat dan ikhlas. Ia pernah berujar, “Kanker adalah jalan dari Tuhan.”
Almarhumah juga pernah mengungkapkan bahwa ketidak tahuan dan ketakutan membuat penyakit terlambat didiagnosis, hingga akhirnya menjadi parah. “Jangan takut melakukan deteksi dini. Khusus kanker serviks, pemeriksaan Pap smear hanya sebentar,” ujarnya suatu ketika.
Jupe lahir pada 15 juli 1980. Sedangkan, vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks baru tersedia pada 2006, ketika Jupe berusia 26 tahun dan sudah menikah. Seandainya saja ia lahir di era ’90-an, ia memiliki kesempatan untuk melindungi diri dengan vaksin di usia remaja. Sayang, tidak demikian ceritanya. (Baca: Catatan Perjalanan Jupe Melawan Kanker Serviks)
Namun, apa yang sudah terjadi tak patut disesali. Almarhumah pun sudah tenang di alam sana. Yang terpenting, kita yang masih sehat belajar dari pengalaman Jupe. Jangan sia-siakan kesempatan untuk melindungi diri dari kanker serviks dengan vaksin HPV sedini mungkin. Terutama anak gadis, yang kesempatannya masih sangat besar, karena perlindungan vaksin HPV sangat baik bila diberikan di usia 9-13 tahun. Apalagi, pemberiannya cukup 2x. Lebih nyaman dan lebih hemat.
Akhir kata,nasihat dari almarhumah Jupe bahwa lebih baik mencegah daripada meratapi, patut kita renungkan. “Kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah dengan vaksinasi,” ujarnya kala itu. (Baca: Satu Vaksin HPV, Cegah Empat Jenis Kanker)
Apakah setelah membaca artikel ini Anda berniat untuk melakukan pencegahan Infeksi HPV?
Dapatkan Notifikasi Artikel Terbaru!
Sukses!
Terimakasih telah mendaftarkan email anda untuk mendapatkan update artikel terbaru.